Thursday, April 27, 2017

Bahan Baku dan Pewarnaan Noken, Sebuah Perkenalan Bagian 4

Amole! Hallo pecinta Batik dan Kerajinan Khas Papua,

Horeee!!! Akhirnya masuk bagian ke 4 jugaaaa setelah kemaren sempat ada kejadian ketikan hilang gara-gara lupa menyalakan data seluler sehingga data-data yang diketik tidak tersimpan. Dan mengganti data yang hilang kemaren, pagi-pagi saya langsung cus ke perpustakaan daerah, pinjam komputernya (free wifi). Jika ketinggalan postingan sebelumnya berikut saya rangkum ya...

Apa itu Noken? Sebuah Perkenalan Bagian 1
Makna Filosofis Noken? Sebuah Perkenalan Bagian 2
Bahan Baku Noken? Sebuah Perkenalan Bagian 3

Pada postingan terakhir Bagian 3, kita sudah menyinggung Kulit Kayu dan Serat Pohon sebagai Bahan Baku Noken. Nah sekarang kita lanjutkan dengan bahan baku berikutnya yaitu Rumput Rawa, Daun Pandan dan Rotan Hutan.


C.  Rumput Rawa - Sesuai sebutannya, rumput rawa tumbuh di tanah berair, seperti tanah lumpur, tanah basah rawa, dan tanah air lumpur.  Bahasa daerah ada yang menyebut Ikiya.  Rumput ini tumbuh liar dan merupakan bahan baku Noken anyaman.  Umumnya berlokasi di pinggiran sungai, kali, telaga, dan danau, terutama di Wakeitei sekitar Danau Tigi, kali Mugoudide dan Enagotadi disekitar Danau Paniai, serta sepanjang rawa-rawa berair di Merauke, Provinsi Papua; juga beberapa sungai atau kali kecil dan rawa-rawa di daerah suku Tehit, suku Imeko di Sorong Selatan, Papua Barat.
      Rumput rawa yang dipilih adalah yang masih muda karena lentur dan kuat, sedangkan rumput yang tua kaku dan getas.  Pengolahan rumput rawa tidak menggunakan peralatan karena mudah dicabut dan dibelah pakai tangan perajin. Waktu pengupasan bahan baku kulit kayu dilakukan pada siang hari.  tempat pengupasannya, kadang dilakukan dihutan, bekas kebun / ladang tempat bahan baku itu diambil dan kadang pengupasan dilakukan di rumah.  Bahan baku ini sangat mudah diperoleh, namun kini mulai berkurang dan langka karena warga sekitar melakukan pembakaran rumput itu pada musim kemarau, dan memakan waktu cukup lama untuk tumbuh kembali.

Proses pengolahan rumput rawa yaitu;

  1. Pemilihan Rumput Rawa - Rumput rawa yang muda mudah dicabut dengan menggunakan tangan.  jika sulit di cabut berarti rumput sudah tua dan tidak boleh dipotong dengan pisau / parang karena akan merusak pertumbuhan rumput baru.  bahan rumput yang sudah tua tidak digunakan karena kualitas Noken yang dihasilkan tidak tahan lama dan mudah rusak, mudah patah karena keras.
  2. Pembelahan Rumput Rawa - Rumput rawa yang daunnya besar biasanya dibelah terlebih dahulu.  bagian daun rumput yang nampak besar biasanya digunakan sebagai bahan baku anyaman, sedangkan yang kecil dan tipis akan dipintal  untuk dijadikan tali sebagai bahan baku noken rajutan.
  3. Penjemuran rumput rawa- rumput rawa yang sudah di cabut dibawa pulang dan dijemur di halaman menggunakan sinar matahari hingga kering.  Setelah kering rumput rawa dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan noken.

D.  Daun Pandan - Daun pandan banyak tumbuh baik di tanah kering maupun basah.  daun pnadan ada beberapa jenis dan selalu gunakan untuk atap rumah dan koba-koba, ada pula yang digunakan sebagai payung sat hujan, serta dapat dibuat Noken.  Perajin Noken akan memilih dan mengambil daun yang sudah tua karena keras dan kuat, sedangkan daun yang masih muda tidak boleh diambil karena masih lembek dan tidak tahan lama bila dibuat sebagai bahan baku Noken.  kriteria pemilihan daun pandan ini sekaligus menjadi cara orang Papua memelihara kelestarian lingkurangan. Selain sebagai bahan baku noken anyaman, daun pandan juga dimanfaatkan untuk dijadikan dompet, payung, dan atap rumah.  Proses pengolahan daun pandan yaitu;
  1. Pemilihan Daun Pandan.  Daun pandan berbeda dengan rumput rawa, jika rumput rawa harus mengambil daun yang muda , sedangkan daun pandan justru harus diamil yang tua agar lebih kuat dan tahan lama.  daun pandan diambil dengan cara dipotong dengan parang atau gunting besar.  daun pandan di bAwa pulang kerumah untuk diproses.
  2. Pembelahah daun pandan.  Daun pandan dapat dibelah menggunakan pisau tipis mengikuri urat daun dengan ukuran yang sama dengan  menggunakan pisau tipis, ada pula yang sudah menggunakan alat tertentu agar memiliki ukuran yang sama.
  3. Penjemuran daun pandan.  daun pandan yang sudah di belah-belah di jemur menggunakan sinar matahari langsung hingga kering.  setelah kering daun pandan dapat dibuat Noken dengan teknik anyaman.

C. Rotan Hutan - Rotan banyak digunakan sebagai bahan baku anyaman. Diberbagai daerah rotan sudah berkembang dengan berbagai bentuk yang beraneka ragam.  noken anyaman dari bahan baku rotan tidak hanya terbatas pada bentuk tas saja melainkan sudah pada berbagai bentuk sesuai kebutuhan masyarakat Papua sehari-hari.  Dalam hal ini rotan sudah berfungsi lebih luas.  
     Perajin Noken memanfaatkan rotan hutan yang masih muda ataupun yang sudah tua untuk keperluan yang berbeda.  rotan muda digunakan sebagai tali pengikat keranjang yang disebut Aram, sedangkan rotan tua untuk penyangga Noken.  Pemakaian rota hutan sebagai bahan baku Noken ini banya dilakukan masyarakat di Pulau Yapen timur.
     Proses pengolahan rotan hutan, yaitu;
  1. Pemilihan Rotan Hutan.  Rotan diambil dan dipilih dihutan.  Rotan dengan usia muda dan usia tua sama sama memiliki manfaat.  Para pengrajin rotan dapat mengambil rotan sesuai dengan fungsi yang ingin dibuat.  rotan dibersihkan terlebih dahulu dari pelepah yang berduri, setelah itu dipotong menggunakan parang atau kapak dan dikumpulkan untuk dibawa ke rumah.
  2. Perawatan rotan agar terhindar dari jamur.  Rotan yang sudah dibawa ke rumah diolah dengan cara diawetkan agar terhindar dari jamur Blue Stain.  Secara garis besar terdapat dua proses perawatan bahan baku rotan: a.) Pemasakan dengan minyak tanah untuk rotan berukuran sedang / besar dan b.) pengasapan dengan belerang untuk rotan yang berukuran kecil.
  3. Pengeringan Rotan - Rotan yang sudah dilakukan perawatan, dikeringkan dengan sinar matahari. Selanjutnya rotan dapat diolah menjadi belahan yang dapat dianyam.
Nah tuntas sudah kita membahas Bahan Baku ya, sekarang kita lanjutkan ke Proses Pewarnaan Bahan Baku Noken.

PROSES PEWARNAAN BAHAN BAKU

Proses pewarnaan bahan baku Noken dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pada saat pemintalan maupun pada saat bahan baku diolah.  Pewarnaan yang digunakan adalah pewarna alam dan buatan.  Prinsipnya memberi warna pada produk Noken dilakukan sebelum Noken selesai terbentuk.  Secara tradisional mewarnai benang pintalan dengan pewaran alam menggunakan tangan sering dilakukan oleh Mama-Mama Noken, hai ini dilakukan agar lebih mudah.  Warna warna yang digunakan disesuaikan dengan selera atau kesukaan Mama- Mama pembuat Noken.  Mereka tidak memiliki desain tersendiri untuk menentukan warna pada Noken.  Oleh sebab itu Mama Mama Noken kesulitan membuat Motif pada Noken rajut jika menggunakan cara tradisional seperti ini.  Maka motif yang didapat pada Noken rajut cenderung garis garis yang dibedakan dengan warna saja tidak ada yang lain.

"Warna yang digunakan merupakan warna yang disesuaikan dengan kearifan lokal masyarakat Papua. Yang paling dominan adalah warna merah, putih, hitam, kuning, dan coklat.  Warna-warna ini sangat akrab dengan alam dan kehidupan masyarakat Papua dan Papua Barat.  Masing-masing suku diPapua dan Papua barat memiliki ciri khas terhadap pewarnaan pada Noken"

Proses pewarnaan menggunakan bahan pewarna alam atau buatan dilakukan dengan dua cara;
Cara pertama:
  • Bahan baku yang siap digunakan untuk rajutan Noken dan anyaman dicelup / direndam dalam larutan pewarna alam yang sudah disiapkan.  Biarkan hingga semalam agar warna menyerap sempurna.
  • bahan baku tersebut diangkat dan ditiriskan hingga kering.  Setelah kering dapat dilakukan pembuatan Noken
Cara Kedua:
  • Bahan baku yang sudah siap dipintal dan dianyam dapat dibuat Noken.  Pada saat bagian-bagian tertentu akan diberi warna, maka pengrajin Noken mengoleskan warna yang diinginkan pada bahan baku pintal atau anyam, setelah itu baru dilanjutkan merajut atau menganyam kembali, begitu seterusnya hingga warna yang diingkan sudah semua dapat diberikan pada Noken.
  • Proses pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan saja, biasanya pewarna dengan cara oles ini akan cepat kering saat pembuatan Noken.  Namun teknik warna seperti ini kadang tidak kuat dan mudah luntur.
"Diperlukan sebuah penelitian dari Komunitas Noken untuk mengembangkan pewarnaan baik alam dan buatan yang dapat mempertahankan kualitas dari Noken itu sendiri agar tampak kuat, tahan lama dan warna tidak mudah luntur"

A. PEWARNA ALAM - Bahan pewarna alam berasal dari alam berupa buah, daun, tanah dan akar.  Pewarna alam dan pengolahannya yang biasa digunakan oleh pengrajin terdiri dari:
  1. Warna Merah - Warna merah dihasilkan dari pohon dihutan yang memiliki biji merah, beberapa suku menyebutnya dengan nama Yonggo Ibu.  Biji merah Yonggo Ibu diolah dengan cara ditumbuk hingga keluar air berwarna merah, lalu diberi penetap warna air arang dan getah pohonnya agar warna merah tidak berubah warna.
  2. Warna Putih - Warna putih dihasilkan dari kerang biya berasal dari laut.  Kerang biya juga diolah dengan cara ditumbuk dan bubuk putih yang dihasilkan juga diberi air getah pohon agar warna putih tahan lama.
  3. Warna Hitam - Warna Hitam diambil dari warna arang.  Arang yang digunakan dari pohon pinus atau yonkori.  Cara pengolahannya juga ditumbuk dan bubuk hitamnya dapat langsung dipakai untuk mewarnai
  4. Warna Coklat - Warna coklat diambil dari tanah.  Tanah yang berwarna coklat direndam dalam air, endapannya yang halus di campur degnan air getah pohon dan dapat digunakan untuk mewarnai
  5. Warna Kuning - Warna kuning didapatkan dari kunyit.  Kunyit diolah dengan cara ditumbuk dan sari pati kunyit yang masih kental dan berwarna kuning diberi air getah pohon agar tidak mudah luntur.
  6. Warna Hijau - Warna Hijau diperoleh dari Daun Nerica.  Daun nerica di olah dengan cara ditumbuk, dair daunnya yang berwarna hijau dapat diberi air getah agar tahan lama.\
  7. Warna ungu - Warna ungu biasa dipakai Mama-Mama Noken dari bunga ungu.
B. PEWARNA BUATAN - Bahan pewarna buatan yang biasa digunakan oleh pengrajin Noken biasanya mengambil dari warna yang dibuat oleh pabrik.  ada beberapa pengrajin yang memanfaatkan pewarna tinta stempel atau spidol untuk memberi warna pada Noken.  Ada pula yang telah menggunakan wantex atau pewarna tekstil untuk merendam bahan baku Noken.  Tentunya Noken yang menggunakan warna buatan lebih tahan lama dan tidak mudah luntur dibanding dengan warna alam.  Seperti pada benang pintal yang sekarang sudah dilakukan untuk membuat Noken dari bahan sintetis.

Sumber: Modul Pengembangan Muatan Lokal Noken
Diterbitkan oleh: Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013

No comments:

Post a Comment

Timikaunique di bukalapak.com

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...