Wednesday, April 26, 2017

Bahan Baku Noken, Sebuah Perkenalan Bagian 3

Amole! Hallo Pecinta Batik dan Kerajinan Khas Papua,

Terima kasih karena masih mengikuti postingan saya tentang Noken.  Jika ketinggalan, Anda bisa membaca Artikel sebelumnya yaitu Apa itu Noken? Sebuah perkenalan Bagian 1 dan Makna Filosofis Noken? Sebuah Perkenalan Bagian 2.   Dan kita masuk ke bagian terakhir yaitu Pembuatan Noken. Sambil menahan dingin ruangan AC diperpustakaan Daerah Mimika. Saya berharap artikel yang disajikan bisa menambah wawasan Anda tentang Noken. Seperti yang tertulis pada buku Modul yang saya pakai sebagai sumber informasi, Noken mengalami penurunan dalam jumlah dan tingkat popularitas di kalangan Anak Muda. Dan itu sangat disayangkan karena Noken menurut saya karya yang unik, yang lahir dari kebudayaan Papua.

Noken umumnya dibuat oleh Mama-Mama Papua. Istilah yang digunakan adalah "Mama-Mama Noken". Sedangkan Laki-laki yang membuat Noken disebut "Bapak Noken Anggrek". Bapak Noken Anggrek berasal dari Suku Mee. Jumlah para perajin Noken ini tidaklah banyak dan umumnya tidak bisa membaca dan menulis. Namun begitu mereka terampil membuat kerajinan tangan Noken. Adapula yang sudah berusia lanjut, sementara tidak banyak generasi penerus yang mampu menghasilkan Noken seperti yang dibuat Mama Mama Noken.

PEMILIHAN BAHAN BAKU NOKEN

Pemilihan Bahan Baku disesuaikan dengan kebutuhan dan kearifan rakyat Papua setempat, serta dipertimbangkan sumber daya alam yang tersedia serta letak Geografisnya. Beberapa Contoh Bahan Baku Noken adalah:
  • Pohon Ganemon / Melinjo
  • Pohon Mahkota Dewa
  • Pohon Beringin
  • Pohon Yonkori
  • Rumput Rawa 
  • Pohon Pandan
  • Pohon Rotan
  • Pohon Anggrek

Jenis dan Pengolahan Bahan Baku - Pohon-pohon di atas yang akan diambil manfaatnya adalah

A.  Kulit Kayu
           Kulit kayu merupakan bahan baku Noken yang paling populer. Kulit kayu memiliki serat yang disebut Serat Kayu. Serat ini diambil dengan cara memisahkan kulit dari batang pohonnya. Peralatan yang digunakan hanya tangan dan alat bantu sederhana. Berikut prosesnya:
  1. Pemilihan Batang Pohon. Pohon yang dipilih adalah pohon yang berusia muda sekitar 1-3 tahun, supaya tidak sulit untuk melepaskan kulit dari batang pohonnya dan melepaskan serat dari kulit batangnya. Pohon yang sudah besar dan tua jarang dipakai tetapi kalau bahan puma bebu (serat puma), damiyo bebi (serat damiyo) bisa dipakai karena meskipun besar masih tergolong muda sehingga tidak lengket saat pengupasan kulit.
  2. Tebang Pohon.  Penebangan pohon dilakukan dengan cara yang sangat sederhana dengan parang dan kapak dan tidak menggunakan mesin.  Jarak antar pohon mesti diperhatikan supaya hutan tidak nampak gundul dan memberi kesempatanan tunas muda.  Pertimbangan lain dalam menebang lainnya adalah setelah menebang satu pohon, saat itu juga di tanam tanaman pengganti di lokasi yang sama.
  3. Bersihkan ranting, daun dan potong bagian pucuk pohon.  Serat yang baik terdapat pada batang tengah, sehingga ranting, daun, dan pucuk pohon tidak diperlukan dan harus disingkirkan supaya mudah mengulitinya.  Kemudian, batang pohon ini di belah menjadi beberapa bagian.
  4. Kulit kayu dipisahkan dari batang Pohon.  Batang pohon yang sudah dibelah dikuliti dengan menggunakan pisau. Batang pohon dibersihkan dari kotoran yang melekat.  Pisahkan kulit kayu dari ujung batang dengan menggunakan tangan. Batang pohon yang tidak terpakai dapat dijadikan kayu bakar.

B. Serat Pohon - Serat Pohon merupakan sel atau jaringan serupa benang atau pita panjang yang terdapat pada kulit kayu.  Biasanya diambil dari batang pohon yang masih muda sehingga kulitnya mudah dikupas dan dibeset seratnya dengan tangan ataupun dengan peralatan sederhana seperti pisau.  Serat pohon merupakan bahan baku Noken dengan teknik pintal. Bahan baku serat dihasilkan dengan dua cara yaitu batang pohon dan dari kulit kayu. Proses pengolahan bahan baku dari serat pohon adalah
  1. Pemilihan Batang Pohon.  Batang pohon yang dipilih memiliki serat kayu seperti pohon ganemon, mahkota dewa, beringin dan sebagainya. Usia pohon muda sekitar 6 bulan hingga 2 tahun, sedangkan pohon tua sekitar 2-10 tahun.
  2. Pemukulan Batang Pohon.  Batang pohon dipukul-pukul terlebih dahulu untuk memudahkan pemisahan kulitnya.  Setelah itu batang pohon akan terpisah antara kulit luar dengan isinya. Disini akan dipilah antara mana yang digunakan untuk Noken.
  3. Perendaman Kulit kayu dan Serat Pohon.  Kulit kayu yang ada serat pohon dipisahkan dari batang pohon.  Untuk memudahkan pengambilan serat, dilakukan perendaman di air.  Jika serat masih keras membutuhkan waktu seharian dan jika lunak hanya membutuhkan waktu perendaman hingga 3-4 jam.
  4. Pengeringan serat Pohon.  Serat pohon yang sudah dapat dipisahkan dari batang phon lalu dijemur agar kering.  Pengeringan dilakukan dengan dua cara yaitu; diatas tungku api rumah dan panas sinar matahari. Tapi pengrajin banyak menggunakan tungku api rumah agar mudah dipisahkan serat pohonnya.  Serat pohon yang sudah kering dapat diurai agar menjadi benang.
Sebetulnya sudah mengetik banyak tapi mati lampu tiba-tiba dan banyak data yang hilang. Duh maafkan ya. Untuk sementara ini dulu besok kita sambung lagi dengan Bahan Baku yang lainnya...

Sumber: Modul Pengembangan Muatan Lokal Noken Papua. Diterbitkan oleh Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013

No comments:

Post a Comment

Timikaunique di bukalapak.com

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...